Karena Takut

Cerita ini terinspirasi dari antaberanta entah fiksi atau nyata yang jelas ini cerita dan hanya cerita...

Ara mahasiswa broadcasting semester 4 di salah satu perguruan tinggi swasta, ara perempuan mandiri yang independent yang hanya aktif berkomunikasi saat di kelas. Suatu siang dimana saat waktunya lunch (sok dikit) dan sholat zuhur ara duduk di teras kampus untuk menunggu kepastian dari dosen yang masuk apa ga, di hadapannya ada meja dan kursi yang kosong. Dengan melamun dan mengotak-atik hape yang entah sebenarnya apa yang sedang di mainkan.

"Hai.." panggil seseorang membuat lamunan ara terpecah, dengan mengaga arahpun kaget.


"Kursinya kosong?" tanya si cowok itu yg di berdiri dengan 2 orang lagi.

"I..iya" jawab ara yang masih bingung dari mana datangnya mereka dan kembali menundukkan kepala melihat hape.

"Ga ada meja yang kosong lagi" ucap dari cowok yang memiliki tinggi dan manis mampu membuat ara mengangkat kepala dan memperhatikannya.

"Boleh, gabung disini" ceplos cowok yang pertama yang berhasil memecah perhatian ara terhadap cowok manis itu.

Ara tak lantas menjawab, ara melirik dan memadang di sekitar memastikan apakah memang tidak ada lagi tempat yang kosong

 "eeh, iya boleh" dengan terbata dan sedikit ragu ara memperbolehkan mereka duduk.

Mereka bertigapun duduk dengan rasa canggung ara pun mulai merasa gugup dan salah tingkah apalagi di hadapannya cowok manis itu. Ara memasukkan hape ke dalam tasnya dan dengan segera ingin pergi.

"Mahasiswa sini ya mbak? Jurusan apa?" tanya cowok pertama tadi.

 "Heh" dengan senyum yang canggung aku mengangguk sebagai jawaban iya "komunikasi" jawab ara dengan singkat.

 "Oh, aku eza ini arga dan itu .."

belum sempat eza menjelaskan ara langsung memotong "duluan ya" serhentak membuat mereka hanya mengangguk mungkin karna bingung dengan sikap ara.

Dengan langkah kaki berjalan, ara berkata "arga namanya. Astaghfirullah, mikir apa ara? Ga boleh ra" ara mempercepat langkah kakinya.

Waktu berlalu dari hari kejadian itu, Singkat cerita

Ternyata ara tidak pernah bisa berhenti memikirkan arga, setiap harinya ara dengan tanpa terlihat orang dan membuat orang curiga memperhatikan arga, mencari informasi melalui sosial medianya dan menunggu arga di tempat yang mungkin arga lewat tapi tanpa harus menegurnya.

Ara mengagumi arga secara diam, dalam diamnya setiap malam ara berdoa agar suatu saat Tuhan mempertemukan mereka dalam sebuah jalan yang memang di Ridhoi. Ara tidak ingin memaksakan kehendaknya untuk dapat bersama arga. Apalagi setelah ara tahu arga mempunyai pacar, ara hanya tetap dalam diamnya dan dalam cintanya menunggu arga.

Ara tau mungkin ini hal yang konyol, bagaimana arga tahu kalau ara suka sama dia tanpa ara memberi tahu atau kode kepada arga. Bagaimana bisa bertemu dalam jalan yang pasti, kalau arga saja tidak tahu. Tapi ara percaya kekuatan doa dan cintanya pasti akan terbalas, walaupun dalam diam juga ara merasakan cemburu ketika melihat arga dengan pacarnya. Yang jelas ara tahu bahwa dalam diam ini Tuhan memperhatikannya dan melihat seberapa besar ara bertahan untuk rasa cintanya dan seberapa takut ara akan dosa.

Kenapa ara tidak menunjukkan kepada arga bahwa dia menyukainnya? Satu hal karna sebesar apapun cinta ara kepada arga, ara tahu seberapa besar dosa yang akan di dapat jika ara bersama arga tanpa hal yang Tuhan Ridhoi.


The End 

You May Also Like

1 komentar