Buku Pempek Palembang


                                                                                  Nama      : Lina Fadillah
                                                                                  Nim         : 141910042
                                                                                  Jurusan  : Ilmu Komunikasi
                                                                                  Study      : Sistem Sosial Budaya Indonesia
                                                                                  Dosen      : Sumarni Bayu Anita, S.Sos., M.A

                                                                        

Review Tentang Pempek Palembang (Sumarni Bayu Anita):
Pempek Palembang Sebagai Produk Budaya Dan Produk Pasar

Setelah membaca buku Pempek Palembang (MendeskripsikanIidentitas Wong Kito Melalui Kuliner Lokal Kebanggan Mereka), khususnya pada Bab 4. Sub 12, h.131, yang ditulis oleh Sumarni Bayu Anita, S. Sos., M.A., akan diketahui bahwa orang palembang sangat dekat dengan pempek dan sangat membudaya dalam kehidupan sehari-hari. Di mana orang palembang dikenalkan pempek sejak masih kecil oleh keluargannya (ibu), Kantin Sekolah bahkan disetiap tempat di kota palembang akan sangat mudah dijumpai pangan khas ini. Pempek memang sangat diterima baik oleh lidah orang palembang kudapan ini sangat fleksible untuk dimakan kapan saja dan di mana saja.   
Dalam kehidupan sehari-haripun pempek merupakan panganan khas kota palembang yang dapat dijadikan oleh-oleh dengan pengemasan packing yang praktis untuk dibawa atau untuk dikirim ke orang palembang yang tinggal diluar kota palembang. Mang Ali (Kepala UPTD Musium Sultan Mahmud Badaruddin II/ Budayawan Palembang) menggambarkan pempek bagi wong Palembang memiliki dua hal penting yang sulit dipisahkan yaitu, pempek sebagai produk budaya dan pempek sebagai produk pasar. Sebagai produk budaya, pempek menjadi bagian materila culture kebudayaan Palembang yakni wujud benda yang biasanya merupkan hasil tingkah laku dan karya para pemangku kebudayaan yang bersangkutan, yang disebut para ahli sebagai kebudayaan fisik dan kebudayaan material. Sedangkan pempek sebagai produk pasar sendiri berbicara mengenai konsumen pembeli dan bagaimana pengemasan pempek untuk menjadi sebuah identitasdengan memakannya orang tau bahwa itu adalah Palembang.
Dari ide awal sebagai oleh-oleh, pempek kemudian menjadi “Palembang yang bisa dibungkus” untuk bisa dibagi-bagi kepada orang lain yang ingin mengenalnya. Yang Mejadi Masalah sendiri adalah apakah dengan demikian pembedaan pempek sebagai produk budaya dan pempek sebagai produk pasar dapat memberikan kontribusi untuk tetap menjadikan pempek sebagai identitas kota Palembang itu sendiri. Dengan demikian maka, orang Palembang haruslah senantiasa dengan cermat mengeluarkan inovasi-inovasi baru hinggan nanti pempek sendiri tidak akan kehilangan tempat dilidah “Wong Kito” ataupun orang yang bukan “Wong Kito” yang ingi mengenal pempek Palembang.

You May Also Like

0 komentar